Jumat, 02 Oktober 2009

10 Karakteristik Muslim Ideal

10 Karakter Muslim ideal


Ada 2 hal yang seyogyanya kita berusaha sungguh-sungguh untuk mencapainya:

1) Apakah kita makin gigih untuk
menghidupkan semangat kita dalam beriman dan beramal shaleh sehingga
memiliki prinsip-prinsip hidup berikut? ALLAH Ghoyatuna (Allah tujuan
kami) Muhammad Qudwatuna (Muhammad teladan kami) Al-Qur`an Dusturuna
(AlQuran petunjuk kami) Jihad Sabiluna (jihad jalan kami) Al-Mautu Fi
Sabilillah Asma Amanina (Maut di jalan Allah adalah cita-cita kami yang
tertinggi)

2) Apakah kita dapat berusaha untuk mencapai sifat-sifat seorang muslim yang ideal (10 muwashofat)?

Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus
selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu
dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan
pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh
Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap,
ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari
Allah Swt.

Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda,
bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi
muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari
aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat
pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim
yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus
dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.

Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim.

1. Salimul Aqidah

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang
harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim
akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang
kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan
ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah,
seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah
sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat
penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah
Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah.

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu
perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau
menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari
ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap
peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak
boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq.

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia
merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim,
baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya.
Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di
dunia apalagi di akhirat.

Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia,
maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri
telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan
oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi.

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi
muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki
daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara
optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji
merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik
yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk
perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang
muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada
pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu
yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai
seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk
yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka
bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berpikir (QS 2:219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan,
kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang
muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa
kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan
pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan
intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:
“samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”,
sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran
(QS 39:9).

6. Mujahadatul Linafsihi.

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan
salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena
setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk
amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala
seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus
diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang
artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun Ala Waqtihi.

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan
faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat
perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak
bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal
fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama
setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada
manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu
tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam
daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu
dan tidak akan pernah kembali lagi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya
dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang
efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi
Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima
perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda
sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi.

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi)
termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an
maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait
dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan
dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah
menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional,
sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat
perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban,
adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara
yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun Alal Kasbi.

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi)
merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan
sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang
menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki
kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang
mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki
kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti
miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya
agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan
mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari
nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu
memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat
dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya
itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki
yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan
skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi.

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan
sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja
manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya
merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai
seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak
mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir,
mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat
dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak
bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam
Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri
kita masing-masing.

Posted in Religion | 1 Comment »
Konfrensi Khilafah Internasional
August 13th, 2007 by dhiya-maniez

Bismillahirrahmanirrahiim.

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu keimanan yang tidak tergoyahkan, keberanian yang tidak tergentarkan, kehendak yang tidak terkalahkan, tekad yang tidak tertundukkan, serta jiwa yang tidak terguncangkan.
Ya Allah, teguhkanlah kami atas agama-Mu, dan teguhkanlah kami atas perjuangan mengamban dakwah-Mu hingga kami menemui-Mu.
Ya Allah, kokohkanlah kami dengan orang-orang kuat dari kaum mukminin, dan kokohkanlah kami dengan orang-orang yang bertaqwa dari kaum mukminin.
Ya Allah, kokohkanlah kami dengan orang-orang yang bersama kami dalam perjuangan mengemban dakwah, serta memikul tugas, cita-cita, dan tanggungjawab dakwah.
Ya Allah, persiapkanlah bagi kami penyangga dan pelindung perjuangan.
Ya Allah, persiapkanlah bagi kami orang-orang yang dapat mengokohkan kami untuk mengambil-alih kekuasaan di Yordania, Suriah, Iraq, Mesir, Turki, Malaysia, Indonesia, Uzbekistan, Bangladesh, Palestina, dan negeri-negeri Islam yang lain dan juga orang-orang yang menjawab seruan kami di negeri-negeri itu.
Ya Allah, kokohkanlah kami untuk mendirikan Khilafah Islamiyah, mengibarkan bendera Islam dan menerapkan syari’at Islam.
Ya Allah, kokohkanlah kami untuk memusnahkan segala peraturan dan hukum kufur di seluruh negeri kaum muslimin, dan kokohkanlah kami untuk menghancurleburkan Israel dan setiap hegemoni negara-negara kafir di negeri mana pun dari negeri-negeri Islam.
Ya Allah, kokohkanlah kami untuk menyatukan seluruh negeri-negeri Islam dalam negara Khilafah Islamiyah.
Ya Allah, kabulkanlah doa kami.

Amherst Massachusetts, 11-08-2007
(tepat pada hari dimana KKI diselenggarakan)

Posted in Uncategorized | No Comments »
Hidup Adalah Sebuah Pilihan
February 4th, 2007 by dhiya-maniez

Hidup Adalah Pilihan


Ada

2 buah bibit tanaman
yang terhampar di sebuah ladang yang subur.
Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan
akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas
kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan
salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun
pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut.
Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui
di bawah

sana

.
Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah
nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa
yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk
memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan
berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu
sampai semuanya aman."

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais
tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup.
Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita
berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang
kita ciptakan sendiri.

Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk
tak mau melangkah, tak mau menatap hidup. Karena
hidup adalah pilihan, maka, hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah
pilihan, maka, pilihlah dengan bijak.

Posted in Uncategorized | 1 Comment »
January 14th, 2007 by dhiya-maniez

"In tanshurullahi yanshurkum wayutsabit aqdaamakum"
Barangsiapa yang menolong agama 4JJI niscaya 4JJI akan menolongnya dan menegakkan pijakan langkahnya (QS. Muhammad : 7)

Jika Cinta adalah kerinduan
Maka jadikanlah kerinduan ini dalam dzikir kepada Mu

Jika Cinta adalah adalah airmata
Maka jadikanlah airmata ini dalam taubat kepada Mu

Jika Cinta adalah pengorbanan
Maka jadikanlah pengorbanan ini dalam meniti langkah perjuang di jalan Mu

Jika Cinta adalah api
Biarkanlah api perjuangan ini kan tetap membara hingga akhir hidupku

Sumber : dhiya-maniez.blog.friendster.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar